Jumat, 04 Februari 2011

Jangan Renggut Bersihnya Oxygen Kami

Palembang Kota Metropolitan, kebisingan dan polusi sudah menjadi makanan sehari-hari. Udara bersih cukup sulit untuk dicari, maklum pembangunan terus berkembang di segala penjuru kota.
Masyarakat Palembang membutuhkan taman hutan kota untuk sekedar menyejukkan mata dan menghirup oxygen yang belum terkontaminasi. Memang tak banyak tempat sejuk banyak pepohonan yang bisa ditemui, hanya beberapa gelintir tempat, seperti Hutan Wisata Punti Kayu, Kawasan Kambang Iwak atau areal Gedung Olah Raga (GOR) Sriwijaya yang terletak dikawasan Kampus Palembang.
Namun sayangnya, tiga tempat yang sedianya menjadi lokasi masyarakat untuk sekedar refreshing mengistirahatkan mata dengan melihat hijaunya pepohonan serta menghirup oxygen rendah polusi itu, kini juga sudah tak lagi bisa memberikan kesejukan.
Entah karena apa, tampaknya sangat sulit mempertahankan hutan kota dari tangan orang yang tidak bertanggunjawab. Keindahan Hutan Wisata Punti Kayu yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian Km 7 itu, memang masih memiliki ribuan pohon vinus, namun kembali lagi karena ulah manusia, hutan wisata yang seharusnya dirawat itu kini justru dikomersilkan sehingga tak lagi memberikan kenyamanan bagi satwa yang ada didalamnya.
Kondisi hewan satwa di Hutan tersebut sangatlah memprihatinkan dan tak terawat. Monyet, burung, siamang, buaya, ular dan anjing utan dikandangkan ditempat yang kurang layak serta dipertontonkan kepada pengunjung sehingga membuat hewan-hewan itu menjadi stress.
Sementara itu sampah yang dibuang pengunjung ditempat sembarangan tampak berserakan tersebar di beberapa tempat sehingga sangat membuat mata menjadi tidak nyaman. Tidak hanya itu, pengelola Hutan Wisata Punti kayu juga memungut biaya yang tak tanggung-tanggung disetiap sudut lokasi di dalam hutan itu. Mulai dari pintu masuk utama, pintu masuk kebun binatang, pintu masuk mainan anak, pintu masuk kolam bermain, hingga pintu masuk kolam renang. Biaya yang harus dikeluarkan satu orang pengunjung bisa melebihi biaya masuk ke Dunia Fantasi (Dufan) Ancol. Biaya yang harus dikeluarkan pengunjung itu tidak sebanding dengan pelayanan yang diberikan, terlihat dari kurang perawatan terhadap fasilitas yang ada.
Beralih ke Taman Kota Kambang Iwak, saat ini juga sedikit bergeser fungsinya menjadi kawasan jajanan, dimana dipinggir kolam retensi yang indah itu sudah berjejer warung dan berbagai outlet dagangan yang merusak pemandangan. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang melakukan aktifitas olahraga jogging disekeliling Kambang Iwak tersebut entah untuk meregangkan otot atau hanya sekedar mencari oxygen bersih yang bisa dihirup.
Pemerintah Kota Palembang memang memberikan fasilitas yang cukup baik untuk para pecinta olahraga jogging yakni dengan mengeramik sekeliling kolam tempat jogging, namun mungkin akan menjadi lebih baik jika lokasi itu dibiarkan asri dan tidak diubah menjadi tempat jajanan dan outlet jualan lainnya.
Nasib Taman GOR yang terletak di Kampus POM IX tersebut juga setali tiga uang dengan dua tempat sebelumnya, bahkan, saat ini taman yang dulunya biasa menjadi tempat masyarakat olahraga lari pagi kini sedang dibangun hotel dan mall. Setiap hari terlihat aktifitas alat berat tengah bekerja dilokasi Kolam Retensi di area GOR tersebut.
Sedih bercampur kesal terkadang menyeruak di dalam hati saat melihat sudah tak ada lagi yang mampu mempertahankan kesejukan hutan kota di Palembang. Bagaimana generasi yang akan dating, anak-anak yang tumbuh, bisa mendapatkan Oxygen yang bersih untuk dihirup? Tapi disadari atau tidak semua pembangunan memang membutuhkan banyak pengorbanan, namun setidaknya Pemerintah bisa memikirkan serta mengambil tindakan cepat untuk mencegah akibat fatal yang akan ditimbulkan dengan pengrusakan hutan kota itu. Sehingga kelak anak-anak dan generasi muda juga akan mencontoh generasi sebelumnya yang melestarikan alam bukan mengubahnya untuk kepentingan sesaat.
dengan kondisi udara yang penuh polusi, Nabil putraku tetap memiliki keinginan besar untuk melakukan aktifitas ruang terbuka. biasanya, aku dan anakku berolahraga disalah satu hutan kota diatas, namun beralihfungsi, kami lebih memilih berjalan menyusuri pekebunan karet rakyat yang masih terbilang rimbun di dekat rumah kami. Tidak hanya diakhir pekan rutinitas ini kami lakukan seminggu tiga kali. Meski masih terbilang belia, Nabil begitu tertarik untuk jogging dan bermain disekitar kebun karet itu. Untuk menuju ke lokasi tidak begitu sulit, cukup 10 menit keluar dari komp griya hero abadi maka akan berhadapan dengan pohon-pohon tinggi dan tua. Pohon-pohon itupula seolah berdiri tegak disepanjang akses jalan baypass soekarno hatta-Alang lebar palembang. Meskipun tua pohon karet itu masih menghasilkan rupiah. Sebenarnya, kami tidak sendiri beraktifitas olahraga di sekitar kebun karet itu. Tiga kali dalam sepekan kami kerap berpapasan dengan komunitas jalan sore dari warga tionghoa.
Semoga suasana sejuk di dekat rumah ku bisa bertahan lama sebelum tergilas pembangunan kota.

Tidak ada komentar: