Kamis, 17 Mei 2012

Selamat Jalan Umak, Nekno kami


Palembang----Setelah berkutat hampir 6 bulan melawan penyakit Hepatitis, Ibunda kami, Cik Am meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya. Rabu, 9 Mei 2012 lalu, dia menghembuskan nafas terakhirnya di ruang rawat inap RS. Muhammad Yunus Bengkulu di usia 56 tahun. Sayangnya pada detik-detik kedatangan Malaikat utusan Allah SWT, Ibunda kami hanya ditemani oleh kedua buah hatinya yang belum berkeluarga yakni Muhammad Joviter Hussein dan Radikal Febriansyah. Sementara itu, kelima putra dan putrinya  yang lain tengah berada di luar kota dan kesibukan lain nya. Demikian juga dengan Ayahanda kami, ia tengah istirahat dirumah setelah melakukan perjalanan luar kota. 

Kabar duka itu datang dihari yang sama sekitar pukul 14.30. Kabar itu disuarakan melalui telepon adinda Viter. Sambil terisak, dia mengabari “Een, umak meninggal.” Kemudian telepon ditutup. Mendengar kabar itu, ada rasa tidak percaya lantaran tiga hari sebelum kepergiannya, saya sempat bertemu muka dan bercakap dengan ibunda kami di tengah perawatannya. Usaha untuk mencari kepastian dilakukan dengan menel dpon sejumlah nomer. Pertanyaan nya, sama, apa benar umak (panggilan sayang buat Ibunda) telah tiada ?. akhirnya teka-teki itu pun terjawab sudah, ibunda kami sudah mendahului kami untuk selama-lamanya. “iyo, een (nama kecil saya), umak la meninggal,” kata Ali Hanafia, kakak tertua kami melaui sambungan telepon.

Ketika kabar duka itu datang, saya tengah menjalankan tugas sebagai wartawan dikantor Gubernur Sumatera Selatan. Segera saya menghubungi istri saya yang juga sedang bekerja, dan memberitahukan kabar duka tersebut kepada sanak familly yang tinggal di Palembang. Setelah melakukan persiapan dan berkoordinasi dengan adik ke 5, Anina Marlini serta Suaminya Ferry, kami memutuskan untuk berangkat petang itu juga dengan kendaraan darat. Tepat pukul 17.00 kami berangkat menuju kota Bengkulu. Saat itu, seluruh keluarga turut serta yakni saya, istri, kedua anak kami, ibunda mertua serta Nina sekeluarga dan mertuanya. 

Berjalan dimalam hari bukan tanpa resiko, yang pertama adalah melawan rasa kantuk dibelakang kemudi, yang kedua adalah pelaku kejahatan yang bisa saja mengahambat jalannya kendaraan. Namun dengan modal keyakinan yang tinggi,  rasa takut dan kantuk itu dapat dihalau dengan alamiah. Alhamdulillah, sekitar pukul 05.30 keeseokan harinya, kami sekeluarga tiba di rumah duka di Jalan Bumi ayu raya kota Bengkulu.
Kedatangan kami disambut isak tangis keluarga yang sudah berkumpul dari sehari sebelumnya. Sementara itu di ruang tengah, tampak terbaring jasad umak yang telah ditutupi kain panjang. Sembari meneteskan air mata, kami mencoba untuk tegar melihat kenyataan itu sembari melantunkan ayat suci dan doa tulus agar niatan umak menuju Surganya Allah tanpa ada hambatan.

Handai taulan hantarkan ke pemakaman
Sekitar pukul 9 pagi pada hari Kamis, 10 Mei 2012, Ibunda siap dimandikan dan selanjutnya dikapani dan di shalatkan. Ke tujuh orang putra-putri almarhumah turut serta dalam membersihkan tubuh ibunda. Selesai dikapani, Jasad Almarhumah dibawah ke Masjid Al-Muukhlisin untuk dishalatkan. Shalat jenazah diimami oleh ayahanda Muhammad Rum dan diikuti oleh seluruh handai taulan dan warga yang tinggal disekitar Bumi Ayu.

Prosesi pemakaman berjalan lancar. Sekitar pukul 11.00 jasad almarhumah dimakamkan di tempat pemakaman umum Bumi Ayu yang berjarak sekitar 1 KM dari kediaman kami. Nisan umaktepat disebelah makam nenek atau ibunda Almarhumah yang telah meninggal sekitar 8 tahun silam. 

Almarhummah Cik Am Binti Syahrun meninggalkan seorang suami, Muhammad Rum dan Putra putrid masing-masing Ali Hanafia, Masita Ningsih, Parliza Hendrawan (penulis), Andi Kanser, Anina Marlina, Muhammad Joviter Hussein dan Radikal Febriansyah. Almarhummah juga meninggalkan 5 menantu yakni Devi, Lukman, Yenni, Eki dan Ferry. serta 9 orang cucu yaitu Meriska, Pitri, Chacha, Rani, Bee, Nabil, Nalisya, Putri  dan Reval. (PARLIZA HENDRAWAN)