PALEMBANG----Halal bihalal biasanya digelar sepekan usai
lebaran idul fitri. Tempat acaranyapun dipilih dilokasi yang paling strategis
dipusat kota, bisa di hotel ataupun di gedung mewah lainnya. Tidak demikian
dengan ribuan warga perantau asal desa Penyandingan dan desa Sriguna kecamatan
Teluk gelam kabupaten Ogan Komring Ilir (OKI), Sumatera selatan. Halal bihalal
sekaligus temu kangen itu berlangusung sehari setelah shalat idul fitri di
tempat pemakaman umum (TPU) di kedua desa bertetangga itu. Lebih istimewahnya
lagi, para peziarah juga dijamu dengan makananan dan minuman khas desa setempat
secara gratis.
Lihat saja dihari lebaran kedua dan ketiga atau Senin-selasa
ini, ribuan warga berdesak-desakan untuk menuju ke lokasi pemakaman yang
berjarak sekitar 6 Km dari kota Kayu
agung sebagai ibukota kabupaten OKI atau sekitar 90 KM dari kota Palembang
sebagai ibukota Provinsi Sumsel. Menurut Fitrika, ketua panitia hajatan itu,
Halal bihalal yang unik ini sudah berlangsung jauh hari sebelum kemerdekaan
republic ini. Namun dalam 4 tahun terakhir ini kemasan acara semakin tertata
dan terkoordinasi dengan baik. Sehingga
meskipun peziarah datang pada waktu yang hampir bersamaan tidak menimbulkan
keributan ataupun kecelakaan.
“ini tradisi leluhur kami yang wajib kita lestarikan, karena
Saat lebaran ini waktu yang pas untuk temu kangen dan bersilahturahmi. Kalau
dulu kesannya agak sedikit sembrawut tapi sekarang sudah kita tata,” kata
Fitrika, Selasa, 21 Agustus 2012 yang di jumpai di lokasi pemakaman. Fitrika
menambahkan, panitia sengaja menjamu para peziarah secara Cuma-Cuma untuk
meneruskan tradisi leluhur mereka yang senang akan kebersamaan dalam kondisi
apapun juga.
“panitia siapkan makan minum ala kadarnya secara gratis karena
para peziarah banyak yang dating dari luar desa bahkan ada yang datang dari
luar Provinsi,” ujar Fitrika. Ketika ditanya sumber dana untuk menjamu ratusan
bahkan ribuan Peziarah, Fitrika memastikan bila dana merupakan sumbangan dari
perantau yang terbilang sukses secara materi. Selain itu panitia juga
membagikan amplop kosong kepada Peziarah yang berkemungkinan berniat untuk
membantu pembiayaan. “ini (makanan dan minuman serta kebutuhan kepanitiaan lain
nya) kami ambil dulu di warung, nanti usai acara baru kita bayar,” ujar
Fitrika.
Siang itu seusai melakukan ziarah kubur kemakam salah seorang
keluarganya, Nilam langsung mengambil secangkir es sirup dari meja panitia.
Peziarah asal kota Jambi ini juga memberikan minuman serupa kepada adik-adik
dan anak-anaknya yang siang itu turut menemaninya. Sementara rombongan lain nya
tampak mengambil kue khas lebaran seperti kue Lapan jam, Engkak serta maksuba.
Sayangnya, tahun ini panitia tidak menyediahkan nasi minyak atau nasi samin.
Dia mengaku senang dengan melihat tradisi desa orangtua nya yang masih terjaga
dengan baik. “kami dari masih kecil selalu seperti ini, kalau dulu belum
seramai ini,” kata Nilam.
Keberdaaan Halal Bihala diatas pemakaman ini dimulai dari
seorang ulama setempat yang bernama KH. Muhaamad Nur pada puluhan tahun silam.
Para peziarah dating tidak perlu repot-repot untuk membuang rumput liar ataupun
tumpukan daun kering diatas makam karena sepekan sebelum lebaran panitia sudah
membersihkan areal makam seluas 6 hektar itu secara swadaya. Saat ini TPU desa Sriguna-Penyandingan
ini sudah huni oleh tidak kurang dari 8 ribu makam. (PARLIZA HENDRAWAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar