Selasa, 21 Agustus 2012

Tradisi Lama, Halal Bihalal di Atas Pemakamam



PALEMBANG----Halal bihalal biasanya digelar sepekan usai lebaran idul fitri. Tempat acaranyapun dipilih dilokasi yang paling strategis dipusat kota, bisa di hotel ataupun di gedung mewah lainnya. Tidak demikian dengan ribuan warga perantau asal desa Penyandingan dan desa Sriguna kecamatan Teluk gelam kabupaten Ogan Komring Ilir (OKI), Sumatera selatan. Halal bihalal sekaligus temu kangen itu berlangusung sehari setelah shalat idul fitri di tempat pemakaman umum (TPU) di kedua desa bertetangga itu. Lebih istimewahnya lagi, para peziarah juga dijamu dengan makananan dan minuman khas desa setempat secara gratis.

Lihat saja dihari lebaran kedua dan ketiga atau Senin-selasa ini, ribuan warga berdesak-desakan untuk menuju ke lokasi pemakaman yang berjarak sekitar  6 Km dari kota Kayu agung sebagai ibukota kabupaten OKI atau sekitar 90 KM dari kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumsel. Menurut Fitrika, ketua panitia hajatan itu, Halal bihalal yang unik ini sudah berlangsung jauh hari sebelum kemerdekaan republic ini. Namun dalam 4 tahun terakhir ini kemasan acara semakin tertata dan terkoordinasi dengan baik.  Sehingga meskipun peziarah datang pada waktu yang hampir bersamaan tidak menimbulkan keributan ataupun kecelakaan. 

“ini tradisi leluhur kami yang wajib kita lestarikan, karena Saat lebaran ini waktu yang pas untuk temu kangen dan bersilahturahmi. Kalau dulu kesannya agak sedikit sembrawut tapi sekarang sudah kita tata,” kata Fitrika, Selasa, 21 Agustus 2012 yang di jumpai di lokasi pemakaman. Fitrika menambahkan, panitia sengaja menjamu para peziarah secara Cuma-Cuma untuk meneruskan tradisi leluhur mereka yang senang akan kebersamaan dalam kondisi apapun juga. 

“panitia siapkan makan minum ala kadarnya secara gratis karena para peziarah banyak yang dating dari luar desa bahkan ada yang datang dari luar Provinsi,” ujar Fitrika. Ketika ditanya sumber dana untuk menjamu ratusan bahkan ribuan Peziarah, Fitrika memastikan bila dana merupakan sumbangan dari perantau yang terbilang sukses secara materi. Selain itu panitia juga membagikan amplop kosong kepada Peziarah yang berkemungkinan berniat untuk membantu pembiayaan. “ini (makanan dan minuman serta kebutuhan kepanitiaan lain nya) kami ambil dulu di warung, nanti usai acara baru kita bayar,” ujar Fitrika. 

Siang itu seusai melakukan ziarah kubur kemakam salah seorang keluarganya, Nilam langsung mengambil secangkir es sirup dari meja panitia. Peziarah asal kota Jambi ini juga memberikan minuman serupa kepada adik-adik dan anak-anaknya yang siang itu turut menemaninya. Sementara rombongan lain nya tampak mengambil kue khas lebaran seperti kue Lapan jam, Engkak serta maksuba. Sayangnya, tahun ini panitia tidak menyediahkan nasi minyak atau nasi samin. Dia mengaku senang dengan melihat tradisi desa orangtua nya yang masih terjaga dengan baik. “kami dari masih kecil selalu seperti ini, kalau dulu belum seramai ini,” kata Nilam.

Keberdaaan Halal Bihala diatas pemakaman ini dimulai dari seorang ulama setempat yang bernama KH. Muhaamad Nur pada puluhan tahun silam. Para peziarah dating tidak perlu repot-repot untuk membuang rumput liar ataupun tumpukan daun kering diatas makam karena sepekan sebelum lebaran panitia sudah membersihkan areal makam seluas 6 hektar itu secara swadaya. Saat ini TPU desa Sriguna-Penyandingan ini sudah huni oleh tidak kurang dari 8 ribu makam. (PARLIZA HENDRAWAN)